Duel Persija kontra Persib memang seakan tak ada habisnya. Dan yang terbaru, pihak operator Liga 1, PT. Liga Indonesia Baru mengiyakan permintaan Persija untuk memundurkan jadwal pertandingan el clasico versi Indonesia.
Saya disini tidak berada dalam posisi mendukung Persib maupun Persija. Tulisan ini hanya tergelitik atas kondisi sepakbola Indonesia yang katanya sudah modern tapi masih bisa dirembukan ketika kompetisi sudah berjalan.
Melihat kondisi ini, kegeraman jelas berada di kubu Persib Bandung. Bahkan diungkapkan lantang oleh pelatih Persib, Mario Gomez, yang terang-terangan menyinggung soal kepemilikan Persija dan hubungannya dengan Plt PSSI saat ini Joko Driyono.
Kondisi ini pula yang menghadirkan imajinasi agar Persib sebaiknya main saja di Liga Australia. Imajinasi ini bukannya tanpa dasar. Pertengahan bulan ini, muncul wacana dari salah satu pemilik klub di A-League untuk mengundang klub Liga 1 bermain di kompetisi mereka.
Wacana yang dikemukakan oleh pemilik Perth Glory, Tony Sage, ini bermaksud untuk mendatangkan beberapa tim dari kawasan Asia Tenggara hingga Selandia Baru sebagai konstestan di kompetisi tertinggi di Australia tersebut, seperti dilansir dari Indosport.com (19/04/2018).
Rencananya proyek ini akan dimulai pada musim kompetisi 2019/2020 mendatang. Bahkan salah satu klub asal Malaysia yakni Sarawak FA dikabarkan telah menyetujui untuk bergabung dalam proyek ini.
Indonesia sebagai salah satu market terbesar di kawasan Asia jelas menjadi target Tony. Namun klub yang akan berpartisipasi nanti jelas harus memiliki kekuatan finansial yang cukup mengingat mereka akan sering melakukan perjalanan keluar negeri.
Persib sebagai salah satu klub dengan keuangan yang paling sehat jelas masuk menjadi kandidat. Tak hanya itu, daya tarik pasar dan magnet nama besar Persib akan menjadi sebuah keuntungan yang sangat besar bagi persepakbolaan Australia.
Senada dengan maksud Tony yang berharap kehadiran tim-tim Asia Tenggara ini bisa meningkatkan nilai hak siar dan image A-League.
"Ini akan sangat meningkatkan jumlah orang yang menonton dan mengikuti sepakbola kami, dan yang paling penting, meningkatkan pendapatan siaran kami", seperti dilansir Indosport.com dari The World Game.
Dan Persib adalah salah satu klub dengan pendapatan paling besar dari sisi broadcasting di sepakbola tanah air. Sehingga akan sangat masuk akal jika A-League mengincar Persib untuk bergabung ke kompetisi mereka.
Di sisi Persib, bermain di luar kompetisi lokal jelas akan berdampak positif. Selain mengekspansi nama klub ke tingkatan yang lebih tinggi, Persib juga setidaknya akan kecipratan komisi yang tak sedikit.
Memang belum diketahui pasti bagaimana sistem sharing komisi hak siar di A-league, tapi setidaknya melihat profesionalisme sepakbola Australia, rasanya Persib tak perlu khawatir akan ketidakpastian pembagian jatah hak siar.
Namun hingga saat ini belum ada kabar lebih lanjut bagaimana tanggapan PSSI maupun Persib soal wacana ini. Di tengah padatnya kompetisi domestik (andai Piala Indonesia berjalan), konsentrasi jelas akan terpecah jika harus ditambah bermain di Australia.
Tapi ambil sisi baiknya, jika benar PSSI dan Persib menanggapi serius wacana ini, maka sepertinya lebih banyak keuntungan yang bisa diperoleh. Setidaknya akan merepresentasikan kualitas sepakbola Indonesia dan supaya talent-talent lokal tercium ke mancanegara.
baca sumbernya