SEDIKIT flashback, ketika itu saya masih duduk di bangku sekolah dasar, untuk waktu detailnya saya tidak begitu ingat tapi yang pasti pada saat itu saya menonton sebuah kuis (read: Siapa Berani) di salah satu stasiun televisi swasta yang mempertemukan beberapa kelompok supporter sepakbola Indonesia. Dan akhirnya kita juga tau siapa yang jadi pemenang di kuis tersebut dan apa yang terjadi setelah kuis itu.
Saya tidak begitu mengetahui secara pasti kapan rivalitas antara Bandung dan Jakarta di mulai tapi bagi saya mungkin tragedi setelah kuis tersebut adalah cikal bakal terjadinya rivalitas mendarah daging antara Bandung dan Jakarta (khususnya bagi para supporter Persib Bandung dan Persija Jakarta).
Warga Bandung khususnya bobotoh merasa tidak rela hasil jerih payah saudara serumpun mereka (Viking Persib Club) memenangi kuis tersebut dirampas dengan paksa oleh segelintir oknum The Jak Mania (ya saya menyebutnya oknum karna saya yakin sebelum itu hubungan antara Viking dan The Jak masih baik-baik saja).
Saya melihat peran yang sangat besar dari media-media pada saat itu yang begitu memblow up kejadian tersebut sehingga rivalitas antara kedua supporter menjadi semakin memanas, yang akhirnya berimbas kepada pertandingan Persib vs Persija yang selalu penuh intrik baik di dalam maupun di luar lapangan.
Persib menjadi musuh bersama warga Jakarta dan Persija menjadi musuh bersama warga Bandung dan Jawa Barat. Dari situlah semua berawal, dari pertandingan yang sebelumnya biasa-biasa saja menjadi pertandingan yang sangat panas dan disini lagi-lagi kepintaran media berperan, media memanfaatkan momen tersebut dengan membuat seolah-olah pertandingan tersebut sebagai pertandingan terbesar dan terpanas di Indonesia dengan embel-embel El Classico Indonesia (Padahal menurut saya El Classico lebih pantas di sematkan pada duel Persib Bandung vs PSMS Medan yang syarat histori sejak era perserikatan).
Setelah itu kebencian antar dua supporter semakin tidak terbendung, sering terjadi pengeroyokan terhadap satu sama lain bahkan hingga menimbulkan korban jiwa. Sudah banyak mediasi damai yang diprakarsai berbagai pihak maupun pemerintah namun sepertinya masih jauh dari titik terang hingga akhirnya pada 22 Agustus 2018 terjadilah pengeroyokan terhadap orang yang di anggap supporter Persija di stadion GBLA yang coba di lerai oleh salah seorang bobotoh (Alm Ricko Andrean).
Ironisnya justru Ricko lah yang akhirnya menghembuskan nafas terakhir. Sejak saat itu rivalitas menjadi seakan hilang, Bandung dan Jakarta seakan bersatu untuk menyuarakan perdamaian, di daerah perbatasan dua supporter bersatu menggelar doa untuk Ricko dan gencar menyuarakan mereka telah berdamai.
Di saat semuanya terlihat menuju kearah lebih baik, belum lama ini justru beredar video dimana para pemain kesebelasan ibu kota mengucapkan kata-kata yang tidak pantas untuk Viking salah satu kelompok supporter terbesar Persib Bandung, walaupun sempat menyulut kembali rivalitas antara kedua supporter yang belum benar-benar padam tapi perlahan kasus video tersebut dilupakan kedua kubu.
Teranyar, penundaan jadwal pertandingan antara Persija vs Persib yang seharusnya di gelar Sabtu 28 April 2018 di GBK harus ditunda karena tidak keluarnya surat izin dari Kepolisian karena sedang fokus terhadap aksi Mayday 3 hari setelahnya.
Hal ini kembali memantik perseteruan kedua supporter, di media sosial dua kubu saling berargumen membela klub kebanggaannya, tidak hanya di situ jajaran pelatih, manajemen, hingga petinggi klub dari dua belah pihak berdebat dengan argumennya masing-masing, ya setidaknya walaupun pertandinga di tunda tapi atensi masyarakat terhadap pertandingan ini tidak hilang dan tetap panas, rivalitaspun terjaga dan mungkin akan sengaja terus di pelihara.
Apalah arti kompetisi tanpa rivalitas, mungkin liga 1 tidak akan menarik tanpa rivalitas Persib dan Persija seperti halnya La Liga yang dianggap tidak akan menarik tanpa El Classico.
Sumber